Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Memprihatinkan, Rumah Tangga Miskin Utamakan Pengeluaran untuk Rokok daripada Kebutuhan Pokok

296

Jakarta, 28 Mei 2018

Penduduk yang memiliki kebiasaan merokok di Indonesia berjumlah lebih kurang 90 juta orang, mayoritas adalah laki-laki, dengan rata-rata rokok yang dihisap adalah 12,3 batang per hari. Apabila rata-rata harga rokok per batang adalah Rp 1.000,- maka pengeluaran masyarakat Indonesia untuk membeli rokok mencapai Rp 1,1 Trilyun per harinya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, MHKes sangat menyayangkan karena seandainya besarnya biaya tersebut dibelikan makanan yang baik, mungkin kebutuhan gizi (masyarakat) di Indonesia dapat tercukupi.

“Ini sungguh memprihatinkan. Tren pengeluaran rumah tangga termiskin di Indonesia lebih mengutamakan produk hasil tembakau (rokok) daripada kebutuhan pokok lain, seperti telur atau susu”, ujar dr. Cut saat memberikan penjelasan mengenai Arah Kebijakan Pengendalian Konsumsi Produk Hasil Tembakau dalam kegiatan Temu Media di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat sore (25/3).

Dalam paparannya, dr. Cut menyebutkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi dan Pengeluaran BPS tahun 2015 yang mencatat bahwa rata-rata pengeluaran bulanan penduduk termiskin diperuntukkan untuk membeli padi-padian (15,51%) diikuti produk tembakau dan sirih (12,56%). Sementara, untuk telur susu dan protein lainnya persentasenya sangat kecil, yakni hanya 1,98% saja.

“Ini yang seringkali terjadi, biaya yang dialokasikan untuk membeli rokok lebih besar dibandingkan untuk membeli makan untuk keluarganya”, imbuhnya.

Menurut dr. Cut, kebiasan buruk masyarakat mengonsumsi rokok menjadi tantangan nyata bagi pembangunan sumber daya generasi bangsa Indonesia, terutama dalam mencukupi kebutuhan gizi mereka agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga bisa bersaing secara global di masa depan.

“Sudah tersita untuk rokok, ditambah adanya budaya di beberapa daerah yang mendahulukan pria untuk mengambil porsi lauk pauk paling besar saat makan, baru diikuti anak dan istrinya. Kalau seperti ini, bagaimana bisa terpenuhi kebutuhan gizinya (baca: anak-anak dan ibu hamil)?”, tandasnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (myg)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM

 

Previous Article
Hari Anak Nasional 2024, Masyarakat Harus Pahami Karakteristik TBC
Next Article
Kemenkes Raih Skor Tinggi Pelayanan Publik 2024, Bukti Nyata Komitmen untuk Masyarakat

MINISTRY OF HEALTH RELEASE


KALENDER KEGIATAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan 12950
Indonesia

Ikuti Kami:

© 2025